Bebentengan, salah satu permainan tradisional ini dulu sangat
diminati oleh anak-anak untuk mengisi waktu libur atau hanya sekadar
menghilangkan rasa penat. Bebentengan,
di beberapa daerah sering kali dikenal sebagai rerebonan di daerah Jawa Barat, sedangkan di
daerah lain juga dikenal dengan nama prisprisan,omer,
jek-jekan. Bebentengan sendiri berasal dari kata benteng atau
pertahanan. Kata bebentengan adalah Dwipurwa (pengulangan suku
kata pertama) dengan memakai akhiran an yang artinya menyerupai atau
berbuat seperti atau bukan sebenarnya. Permainan bebentengan mempunyai relevansi dengan kehidupan
masyarakat Indonesia pada zaman penjajahan Belanda dahulu. Pertahanan Indonesia
terhadap Belanda menggunakan benteng yang akhirnya benteng tersebut
dianalogikan terhadap kehidupan anak-anak lalu lahirlah istilah bebentengan untuk sebutan permainan
tradisional ini. Menurut Yayat Sudaryat, Guru Besar Sastra Universitas Pasundan
Bandung mengatakan bahwa permainan bebentengan sudah ada sejak zaman penjajahan
Belanda dahulu.
“Bebentengan sudah ada sejak zaman penjajahan
Belanda dahulu. Jika bebentengan pada zaman itu sebagai strategi pertahanan
Indonesia terhadap gempuran penjajah Belanda, maka pada zaman sekarang
bebentengan sebagai permainan yang maksud permainannya tak jauh beda dengan
zaman dahulu, yaitu mempertahankan pertahanan dari serangan musuh,” jelas
Yayat.
Persiapan
Awal mula permainan ini ialah anak-anak yang akan ikut bermain berkumpul di
lapangan atau tanah kosong yang cukup luas, kira-kira seluas lapangan bulu
tangkis. Kemudian anak-anak yang akan ikut bermain dibagi menjadi dua kelompok
yang sama rata, bila kelompok pertama berjumlah empat orang maka kelompok kedua
juga berjumlah empat orang. Biasanya pembagian kelompoknya dibagi dengan cara suit atau pun hom pim pah.
Peralatan
Pada permainan bebentengan ini para pemain tidak memerlukan
alat-alat khusus, cukup lahan kosong untuk menjadi pijakan dan batas antara
kedua kubu kelompok masing-masing. Kedua kelompok membuat markas bebentengannya
saling berjauhan, biasanya di sudut lapangan. Misalnya kelompok pertama di
sudut barat maka kelompok yang kedua di sudut timur.
Peraturan
Setiap personil pada kedua kubu harus menyentuh benteng. Hal ini menandakan
bahwa status personil tersebut adalah baru. Kalau dia agak lama tidak menyentuh
benteng, maka status personil tersebut akan disebut lamo. Personil yang berstatus lamo, dapat dikejar, diburu,
dan ditawan oleh personil dari benteng lawan yang berstatus baru. Jika seorang lamo sedang berada atau berlari di luar
benteng dapat menjadi tawanan lawan jika disentuh oleh personil dari benteng
lawan yang berstatus baru.
Personil yang menjadi tawanan akan berdiri bergandengan di dekat benteng lawan
yang menawannya. Para tawanan tidak dapat lagi bebas memburu atau menyerang
sampai mereka dapat dibebaskan. Para tawanan dapat dibebaskan oleh teman dari
bentengnya dengan cara menyentuh teman-temannya yang menjadi tawanan tersebut.
Permainan
Awal mula permainan ini dimulai dengan majunya atau menyerangnya dari salah
satu personil tiap kubu salah satu benteng untuk menantang musuh permainannya.
Personil dari lawan mainnya kemudian balik menyerang dan mengejar musuhnya.
Dari sana para pemain yang maju saling mengejar dan menghindar satu sama
lainnya. Jika seorang lamo yang maju kemudian ditangkap atau
disentuh oleh lawan mainnya maka dia menjadi tawanan musuhnya.
Seorang lamo berusaha mengejar dan menghindar dari
lawan mainnya supaya tak jadi tawanan musuhnya dan para personil yang berada
pada markas bentengnya dapat bergantian secara bergiliran untuk maju menyerang
musuhnya. Demikian seterusnya sehingga terjadi saling kejar mengejar antar
personil kedua benteng.
Pada sela-sela permainan sering terjadi kehabisan personil karena ditawan dan
bentengnya dikepung oleh lawannya. Lawan pengepung ini dapat membebaskan
teman-temannya yang juga menjadi tawanan dan dijaga oleh personil di benteng
lawannya. Setelah dibebaskan, para mantan tawanan ini dapat turut mengepung
benteng lawannya. Sisa personil dari benteng yang terkepung dapat mengejar para
pengepung yang berstatus lamo untuk mempertahankan bentengnya, atau
balik mengirim penyerang ke benteng pengepung jika benteng para pengepung tidak
menjaganya.
Akhir Permainan
Satu kelompok dapat memengankan permainan jika salah satu personil mereka dapat
menyentuh benteng lawan tanpa disentuh oleh lawan yang mempertahankan benteng
yang diserang tersebut. Setelah ada yang menang dan kalah, maka permainan
selesai dan dapat dimulai kembali permainan bebentengantersebut
dari awal.
Sumber : Ketua Umum
LPM Unpas Bandung yang hampir beres J
Sekjen Forum Komunikasi Pers Mahasiswa
Bandung 2013-2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar