BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
adalah dua hal yang tak akan pernah bisa terlepaskan dari kehidupan manusia.
Apalagi, abad 21 ini adalah era globalisasi dimana hampir semua kegiatan
manusia menggunakan sistem teknologi. Yang mana perkembangan teknologi
sangatlah pesat, dalam hal ini teknologi sangat berpengaruh di kehidupan sosial
kita. Apalagi jika kita amati lebih jauh, IPTEK sangat berpengaruh pada
kehidupan sosial.
Teknologi dalam penerapannya sebagai jalur
utama yang dapat menyonsong masa depan, sudah diberi kepercayaan yang mendalam.
Dia dapat mempermudah kegiatan manusia, meskipun mempunyai dampak sosial yang
muncul sering lebih penting artinya daripada kehebatan teknologi itu. Kita
misalkan saja manusia yang bisa memanfaatkan IPTEK maka akan memiliki status
pendidikan yang tinggi. Oleh karena itu orang yang berpendidikan tinggi identik
dengan status sosial yang tinggi. jika status sosial seseorang tinggi maka
tingkat kemakmurannya juga akan tinggi pula. Untuk itulah jika diamati dengan
seksama maka terdapat hubungan yang sangat kuat antara IPTEK dengan
kesejahteraan masyarakat.
Kesejahteraan masyarakat maka akan
meliputi kemakmuran dan kemiskinan. Bilamana masyarakat bisa makmur apabila
berhasil mengikuti dan menggunakan perkembangan IPTEK maka masyarakat tersebut
termasuk masyarakat yang sejahterah, dan sebaliknya, masyarakat yang tidak
dapat mengikuti IPTEK dengan baik maka terjadi kemiskinan.
Kemiskinan sendiri merupakan tema sentral
dari perjuangan bangsa, sebagai perjuangan yang akan memperoleh kemerdekaan
bangsa dan motivasi fundamental dari cita-cita masyarakat adil dan makmur.
Berbicara tentang kemiskinan akan menghadapkan kita pada persoalan lain,
seperti persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok, posisi manusia dalam
lingkungan sosial dan persoalan yang lebih jauh, bagaimana ilmu pengetahuan
(ekonomi) dan teknologi memanfaatkan sumber daya alam untuk mengurangi
kemiskinan di tengah masyarakat.
Kemiskinan memang menjadi masalah yang
serius dalam menghadang kemajuan IPTEK. Hal ini disebabkan, masyarakat miskin
dipastikan tidak akan bisa menikmati kemajuan teknologi. Malah yang terjadi
masyarakat miskin akan menghambat perkembangan teknologi. Bukan hanya itu saja,
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi memberikan dampak dalam sektor ekonomi sehingga
masyarakat akan terseleksi dan membuat mereka menjadi miskin ketika dampak
IPTEK mulai merajarela.
Untuk itulah, perlu adanya pemahaman yang
mendalam antara Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dengan kemiskinan serta
kemakmuran masyarakat sehingga ada kemungkinan muncul sebuah kesalahan persepsi
mengenai IPTEK yang sangat erat kaitannya dengan kemunculan kemiskinan yang
terus berkelanjutan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ilmu
Pengetahuan
Ilmu Pengetahuan berasal dari dua kata,
yaitu “ilmu” dan “pengetahuan” yang memiliki arti tersendiri. Keseluruhannya
telah lama dipersoalkan oleh ahli filsafat seperti socrates, plato, dan
aristoteles dimana teori ilmu pengetahuan merupakan cabang atau sistem
filsafat. Oleh J.P Farrier dalam institutes of metaphiscs (1854), pemikiran
tentang teori pengetahuan itu disebut ”epistemologi” (epistem=pengetahuan,
logos=pembicaraan/ilmu).
Menurut immanuel kant pengetahuan
merupakan persatuan budi dan pengalaman. dari berbagai macam pandangan tentang
pengetahuan di peroleh sumbe-sumber pengetahuan berupa ide, kenyatan, kegiatan
akal-budi, pengalaman, sentesis budi atau meragukan karena tak adanya sarana
untuk mencapai pengetahuan yang pasti.
Untuk membuktikan apakah isi pengetahuan
itu benar,perlu berpangkal pada teori-teori kebenaran pengetahuan. Teori
pertama bertitik tolak adanya hubungan dalil,dimana pengetahuan dianggap benar
apabila dalil(proposisi) itu mempunyai hubungan dengan dalil (proposisi) yang
terdahulu.kedua, pengetahuan itu benar apabila ada kesesuaian dengan kenyataan,
bahwa pengetahuan itu benar apabila mempunyai konsekuensi praktis dalam diri
yang mempunyai pengetahuan itu.
Banyaknya teori dan pendapat tentang
pengetahuan dan kebenaran mengakibatkan suatu definisi ilmu pengetahuan akan
mengalami kesulitan sebab, membuat suatu definisi dari definisi ilmu
pengetahuan yang dikalangan ilmuan sendiri sudah ada keseragaman pendapat,
Hanya akan merangkap dalam tautologies (pengulangan tanpa membuat kejelasan)
dan pleonasme atau mubazir saja.
Dalam penerapan sebuah ilmu pengetahuan
akan memunculkan sebuah hambatan sosial. Hal ini disebabkan, pola pikir ilmiah
tidak mempertimbangkan nilai moral dan dampak terhadap sosial ekonomi.Sebab
manusia tidak selalu sadar dengan hal ini,dan manusia yang paling sederhanapun
hanya sedikit peduli terhadap sosial ekonomi.
Contoh sederhana tapi
mendalam terjadi pada masyarakat mistis. Dalam masyarakat tersebut
ada kesatuan dari pengetahuan (mitis ) dan perbuatan (sosial), demikian pula
hubungan sosial di dalam suku dan kewajiban individu sudah terang,
argumen ontologis, kalau meminjam teori plato berteori tentang wujud dan
hakikat yang ada. Keadaan sekarang sudah berkambang sehingga manusia sudah
mampu membedakan antara ilmu pengetahuan(kebenaran) dan
ilmu etika(kebaikan). Maka yang pertama dipentingkan bukan “apa”
melainkan “bagaimana” dapat menghubungkan ilmu pengetahuan dengan
etika dalam suatu sikap yang dapat dipertanggung jawabkan.
Alasan lain untuk mengintegrasikan kedua
bidang tersebut ialah karena dalam perkembangan-perkembangan ilmu modern,
pengetahuan manusia telah mencapai lingkupnya yang paling luas, dimulai
dengan pikiran antologis, kemudian gauli, rahasia-rahasianya dimanfaatkan
bagi manusia. Timbul kesan seolah- olah pengetahuan ilmiah merupakan suatu
tujuan tersendiri (ilmu demi ilmu). Bahkan ada ilmu pengetahuan murni, jadi
lepas dari apa yang ada di luar ruang lingkup ilmu, lepas dari
masyarakat dan hidup sehari-hari. Di sini manusia berhadapn dengan
pertanyaan –pertanyaan mengenali kebaikan dan kejahatan, kesadaran politik,
nilai-nilai religius, dan sebagainya. Oleh pandangan ini kaidah etis etis
beserta lain-lainnya di cap sebagai sosial akstra ilmiah (diluar dibidang
ilmu).
Sekarang tidak dapat netral dan
bersikap netral lagi terhadap ilmu penyelidikan ilmiah. Karena manusia hidup
dalam suatu dunia, hasil ilmu pengetahuan dapat membawa pada malapetaka yang
belum pernah kita bayangkan sehingga perlu etika ilmu pengetahuan sebagai
satu-satunya jalan keluar. Lebih lanjut diakui oleh filsafat modern, bahwa
manusia dalam pekerjaan ilmiahnya tidak hanya bekerja dengan akal
budinya, melainkan dengan seluruh eksitensinya, dengan seluruh keadaannya,
dengan hatinya, dengan panca inderanya sehingga manusia, dalam
mengambil keputusannya, membuat pilihannya terlebih dahulu, mendapapat
pertimbangannya terlebih dahulu, mendapat pertimbangan dengan pengajaran agama,
dan nialai-nilai atau norma kesusilaan. Konteks ilmu dengan ajaran agama dalam
rangka meeningkatkan ilmuan itu sendiri sejajar dengan orang-orang yang beriman
pada derajat yang tinggi, sebagai pemegang alamat dan akan tetap
memperoleh pahala.
B. Teknologi
Istilah teknologi berasal dari kata techne
dan logia. Kata yunani kuno techne berarti seni kerajinan. Dari techne kemudian
lahirlah perkataan technikos yang berarti seseorang yang memiliki keterampilan
tertentu. Dengan berkembangnya keterampilan seseorang yang menjadi semakin
tetap karena menunjukkan suatu pola, langkah, dan metode yang pasti,
keterampilan itu lalu menjadi teknik.
Sampai pada permulaan abad XX ini, istilah
teknologi telah dipakai secara umum dan merangkum suatu rangkaian sarana,
proses, dan ide disamping alat-alat dan mesin-mesin. Perluasan arti itu berjalan
terus sampai pertengahan abad ini muncul perumusan teknologi
sebagai sarana atau aktifitas yang dengannya manusia berusaha mengubah dan
menangani lingkungan. Ini merupakan suatu pengertian yang sangat luas karena
setiap sarana perlengkapan maupun kultural tergolong suatu teknologi.
Teknologi dianggap sebagai penerapan ilmu
pengetahuan, dalam pengertian bahwa penerapan itu menuju pada perbuatan atau
perwujudan sesuatu. Kecenderungan ini pun mempunyai suatu akibat dimana kalau
teknologi dianggap sebagai penerapan ilmu pengetahuan, dalam perwujudan
tersebut maka dengan sendirinya setiap jenis teknologi/sebagian ilmu
pengetahuan dapat ada tanpa berpasangan dengan ilmu pengetahuan dan pengetahuan
tentang teknologi perlu disertai oleh pengetahuan akan ilmu pengetahuan yang
menjadi pasangannya.
Demikianlah teknologi adalah segenap
keterampilan manusia menggunakan sumber-sumber daya alam untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan. Secara lebih umum dapatlah
bahwa teknologi merupakan suatu sistem penggunaan berbagai sarana yang tersedia
untuk mencapai tujuan-tujuan praktis yang ditentukan.
C. Kemiskinan
Menurut Petirin A. Sorokin, bahwa
stratifikasi soisal ( social stratification ) adalah perbedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas – kelas secara bertingkat ( secara hierarakis ).
Perwujudannya adalah adanya kela-kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah.
Selanjutnya Sorokin menjelaskan bahwa dasar dan inti lapisan-lapisan dalam
masyarakat adalah karena tidak ada keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan
kewajiban-kewajiban, kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab nilai-nilai sosial
dan pengaruhnya diantara anggota-anggota masyarakat. Lapisan-lapisan ini dalam
masyarakat itu ada sejak manusia mengenal kehidupan bersama dalam masyarakat.
Mula-mula lapisan-lapisan didasarkan pada pembedaan jenis kelamin, perbedaan
antara pemimpin dan yg dipimpin, pembagian kerja dan sebagainya. Semakin
kompleks dan majunya pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat, maka system
lapisan-lapisan dalam masyarkat akan semakin kompleks pula.
Kemiskinan menurut Kantor Menteri Negara
Kependudukan/ BKKBN adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup
memelihara dirinya sendiri dengan taraf kehidupan yang dimiliki dan juga tidak
mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya untuk memenuhi kebutuhannya.
Kemiskinan memang merupakan sebuah dampak
negatif dari sebuah perkembangan IPTEK yang semakin pesat tanpa di iringi
dengan ekonomi yang mumpuni, sehingga menimbulkan kaum miskin yang tertinggal akan
IPTEK. Hal ini bisa terlihat dengan penggantian tenaga manusia menjadi tenaga
robotic pada perusahaan sebagai dampak dari perkembangan IPTEK, tanpa di iringi
dengan pemikiran terhadap kaum buruh yang miskin. Hal ini tentu saja membuat
mereka menjadi kalah atau tersingkir akibat dari kemajuan IPTEK.
Sumber :
http://cardcaptor-dyah39.blogspot.com/2011/11/tema-ilmu-pengetahuan-teknologi-dan.html
http://arsenal-holic.blogspot.com/2012/12/tugas-8-isd-ilmu-pengetahuan-tekhnologi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar